Apa anda percaya konsep jodoh?

Sebagian besar agama, terutama agama saya sendiri mungkin mengemukakan bahwa manusia diciptakan pada dasarnya berpasang-pasangan. Hal ini membuat orang berasumsi bahwa setiap dari kita memiliki seseorang yang entah siapa dan ada di mana yang akan menjadi pasangan hidup kita kelak, dan memang ditakdirkan untuk bersama kita. Seseorang inilah yang kita sebut sebagai ‘jodoh’ kita. Saya juga sering mendengar ungkapan ‘kalau memang jodoh toh nggak akan kemana-mana’ terutama akhir-akhir ini berhubunga saya baru saja diputuskan oleh pacar saya.

Apakah konsep jodoh itu benar pengertiannya? Apakah memang benar ada seseorang yang sekarang entah ada dimana yang memang diperuntukkan untuk saya seorang? Ataukah memang hanya manusia yang memang pada dasarnya memiliki kebutuhan akan afeksi (dan memiliki hasrat tentunya) yang menciptakan sendiri pengertian ini dan mencoba membuat diri mereka percaya? Apakah kata-kata ‘kalau jodoh tidak akan kemana-mana‘ hanya sekedar penghiburan karena tidak tahu harus berkata apa lagi kepada saya yang sedang patah hati?

Saya melihat banyak hal yang membingungkan disini.

Pertama, jika merujuk kepada pernyataan jodoh sama dengan pasangan hidup, maka coba definisikan pada saya apa pasangan hidup itu? Apakah orang yang pada akhirnya menikah dengan kita? Jika begitu adanya, bagaimana dengan orang yang telah menikah belasan atau puluhan tahun lalu pasangannya meninggalkannya duluan (dalam artian meninggal dunia) dan kemudian ia menikah lagi dengan seseorang dan hidup tenang dengan orang itu hingga akhir hayatnya. Jika begitu keadaannya lalu pasangan yang manakah yang merupakan ‘jodoh’ orang tersebut? Apakah pasangannya yang pertama yang kemudian meninggal, atau justru pasangannya yang kedua yang menemaninya hingga akhir hayatnya?

Kedua, pernyataan dalam agama saya sendiri juga sudah cukup membuat saya kebingungan. dalam agama saya setiap laki-laki diijinkan memiliki istri lebih dari satu (batasannya adalah maksimal 4 orang istri, saya belum mendapatkan pengetahuan lebih lanjut kenapa batasannya 4 orang.) jika keadaannya memang mengharuskan demikian dan laki-laki tersebut harus bisa bersikap adil terhadap istri-istrinya. Jika dalam agama sendiri disebutkan demikian berarti pengertian akan konsep jodoh yang kita percaya selama ini tidak dapat dikenakan pada keadaan seperti ini. Apakah jika seorang laki-laki memiliki 4 orang istri maka keempat istrinya tersebut adalah ‘jodoh’ yang diperuntukkan baginya? Jika begitu keadaannya, apakah ‘jodoh’ kita bukan hanya satu orang di dunia ini? (hal ini berlaku juga untuk kebingungan yang pertama)

Ketiga, kembali ke definisi pasangan hidup. Bagaimana dengan pasangan yang hidup bersama tanpa ikatan pernikahan (disebut juga cohabitation)? Saya tahu dalam agama saya tentu saja cohabitation dikatakan sebagai dosa dan di Indonesia sendiri mungkin tidak terlalu lazim dan memang dilarang oleh hukum dan adat adanya, namun konsep ‘jodoh’ di sini kan semestinya universal bagi semua orang, dengan agama, ras, kewarganegaraan maupun tingkat sosial ekonomi jadi semestinya bisa diterapkan dimana saja. Apakah orang yang tinggal bersama hingga akhir hayat mereka walau tanpa ikatan pernikahan juga disebut ‘saling berjodoh’ ?

Keempat, bagaimana halnya dengan pasangan yang sudah menikah puluhan tahun lalu kemudian bercerai? Apakah sebuah pernikahan yang berujung kepada perceraian berarti keduanay ‘memaksakan’ untuk menikah dengan orang yang sebetulnya bukan ‘jodoh’ yang diperuntukkan mereka? Apakah perkawinan mereka hanya merupakan sebuah kesalahan semata? Saya sih memiliki asumsi bahwa setiap pasangan yang bercerai tentu pernah saling menyayangi dan sebelum memutuskan bercerai mereka melakukan segala sesuatu yang dapat mempertahankan pernikahan mereka namun ternyata memang tidak dapat dipertahankan lagi. Lalu bagaimana penjelasan konsep ‘jodoh’ tadi akan kejadian seperti ini?

Kelima, jika dilihat-lihat (teman saya sempat menyebutkan data dari suatu survei tingkat internasional) proporsi manusia yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan jelas-jelas timpang dimana jumlah perempuan lebih banyak. Hal ini juga didukung fakta bahwa pada awalnya ketika masih janin yang berusia di bawah enam bulan kita semua berjenis kelamin perempuan (saya baca tentang ini di buku Physiological Psychology saat saya masih berada di semester 2 tapi nama penulisnya saya lupa). Dengan fakta tersebut tidak heran jika lebih banyak bayi perempuan yang lahir daripada bayi laki-laki (bisakah saya membuat kesimpulan begitu?). Intinya, jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Dengan keadaan seperti ini, bagaimana bisa konsep ‘jodoh’ dimana setiap orang memiliki satu orang yang memang diperuntukan menjadi pasangan hidup mereka kelak, dapat diterapkan?

Sebetulnya masih banyak pertanyaan pertanyaan saya yang lain, seperti bagaimana dengan pasangan homoseksual? Apakah memang pasangannya yang sekarang itulah yang menjadi ‘jodoh’ mereka? Bagaimana dengan orang yang memutuskan untuk tidak menikah? Apakah berarti mereka tidak punya jodoh? Atau mereka mengingkari jodoh mereka? Bagaimana dengan pasangan yang tidak bahagia namun tetap terikat dalam satu ikatan pernikahan? Apakah mereka betul-betul ‘berjodoh’?

Kebingungan saya ditutup dengan kebingungan terakhir saya yaitu jika memang sudah ada orang yang telah diperuntukkan untuk kita masing-masing, maka untuk apa manusia kesana kemari sulit mencari pasangan hidupnya bahkan ada yang sampai menggunakan jasa internet segala? Kemudian, jika memang konsep jodoh itu benar adanya maka saya tidak usah susah-susah berusaha membuat diri saya tampak baik atau susah payah menyesuaikan diri saya dengan seseorang ketika saya sedang menjalin hubungan dengan orang tersebut dong? Lalu, apakah pasangan suami istri yang dipertemukan melalui proses ta’aruf itu benar-benar ber’jodoh’?

Untuk sementara ini saya bisa mengatakan bahwa saya sangsi terhadap pengertian konsep ‘jodoh’ ini. Akhirnya saya mengambil pemikiran aman. Menurut saya, keadaannya bukanlah satu orang yang ‘disiapkan atau diperuntukkan’ sebagai pasangan hidup kita kelak, yang ada hanyalah kemungkinan-kemungkinan yang akan membawa kita ke beberapa orang yang memiliki potensi paling cocok dengan kita dan kemudian menjadi pasangan hidup kita kelak. Beberapa orang inilah yang saya sebut sebagai ‘jodoh-jodoh’ kita masing-masing. Proses yang terjadi adalah, saat kita mengambil keputusan atau melakukan suatu tindakan tertentu dalam hidup, maka hal itu akan membuka kesempatan kita untuk bertemu dan menjalin hubungan dengan si A, namun jika kita melakukan tindakan lain, bisa saja kita dipertemukannya dengan si B atau si D.

Menurut saya itulah yang terjadi, karena bagi saya hidup ini penuh kemungkinan dan selalu dinamis (atau sebenarnya saya hanya cari aman saja?). Dengan penjelasan ini maka sedikit banyak saya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya sendiri walaupun tentu saja saya masih membutuhkan jawaban yang benar-benar memuaskan saya. Ah, walaupun saya tidak percaya konsep jodoh, namun saya tetap berharap bahwa segala sesuatu yang saya lakukan pada akhirnya akan mempertemukan saya dengan seseorang yang memang betul-betul mengerti saya dan saya bisa merasa sangat cocok dengannya, AMIEEENN.

Lalu, bagaimana dengan anda?
Apa ada yang punya penjelasan lain mengenai konsep jodoh?
Please, feel free to share since I would love to know yours :)

– D! –

7 comments

  1. si disa

    proporsi manusia yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan jelas-jelas timpang dimana jumlah perempuan lebih banyak.

    yah gimana cewe2 ga pada takut ga kawin2 ya. (cewe2 apa elo dis? HAHAHAHA)

  2. whiteliliesforme

    iyaa nih Dis, sebenernya mungkin gue nulis gini proyeksi dari gue takut ga bakal ada yang ngajakin gue nikah aja kali ya. ahihaihiahia. :)

  3. dhya

    tenang aja kok dhe.. pasti ada yang ngajakin lo nikah.. someday. hehe!

    gw percaya jodoh itu ada.
    tapi kita gak bisa juga cuma diem dan ngerasa kalo dengan diam pun ntar juga dateng jodohnya. gak bisa gitu..
    itu sama aja kaya kita ikut lomba lari dan berharap menang, kalo kita memang udah ditakdirin menang ya diem aja di garis start, ntar juga lawannya pada jatoh semua. trus tinggal jalan deh ke garis finish n menang. gak mungkin kan?
    tetep aja usaha itu perlu..
    (tapi gak perlu sampe pake kontak jodoh di internet segalaa.. haha!)

    kalo lo takut mikirin jodoh lo nanti gimana ya inget aja, perempuan baik itu pasti dapet laki2 baik :)
    seseorang pernah bilang ke gw, jodoh itu refleksi diri… jadi kalo pengen dapet jodoh yang baik ya perbaiki diri…
    mungkin dengan selalu membuat diri kita jadi lebih baik berarti kita juga udah “berusaha” mencari jodoh yang baik seperti yang gw sebut diatas tadi.

    semangat ya dheaaa :)

  4. astaufik

    saya termasuk orang yg juga kurang setuju dengan konsep jodoh ini…

    apalagi banyak yg bilang “jodoh gak kemana” berarti asumsinya tidak perlu melakukan apa2x tinggal tunggu aja di kamar…barangkali nanti jodoh jatuh ke kamar saya…

    mungkin benar juga tulisan di atas…bahwa kita hanya dipertemukan dengan “jodoh-jodoh” yg selanjutnya kita harus usaha gimana dapetin jodoh-jodoh itu…

    saya banyak melihat wanita umur kepala 3 dan 4 yg belum menikah, padahal dari segi umur sudah siap, mapan dan mampu tentunya…

    tapi kenapa jodohnya tak kunjung muncul ?

    adakah yg salah ????

  5. dheasekararum

    saya juga mikirnya gitu, apakah jodoh itu pilihan? lalu gimana kita bisa tahu jodoh kita yang mana? akhirnya saya menarik kesimpulan yang sederhana akibat putus asa dengan rasa ingin tahu saya. Mungkin yang dikatakan jodoh adalah ketika dua orang ‘secara kebetulan’ memiliki visi dan misi yang sama untuk mempertahankan hubungan dan komitmen mereka dengan cara apapun. Jadi jodoh kita tuh orang yang mau sama-sama usaha utk mempertahankan hubungan. haha bingung

    – D! –

  6. thia

    iyaaa bner banget ini tulisannya …
    jodoh itu gimana yaaa
    mesti diusahain tapi serahin sama yg maha pembolak balikan hati juga
    krn kalau allah udah memisahkan kita sama sesorang .. mungkin allah punya sesuatu yg lbh baik,

Leave a reply to thia Cancel reply