Jangan Jadikan Orang lain Motivasi Utama Untuk Bergerak

Hari Selasa, tanggal 15 Juli 2008, di tengah panasnya siang hari di Jakarta yang membara saya dan teman saya, Disa pergi ke Cilandak Townsquare. Lalu kami ngendon di toko buku ak.sa.ra, tempat yang wajib dikunjungi kalo pergi ke Citos. Sebenernya niat utamanya adalah untuk mencari inspirasi untuk membuat poster acara PIASTRO yang harusnya minggu ini adalah deadline memberikan desain kasarnya, tapi tentu saja kami justru membuka-buka buku-buku untuk sekedar melihat-lihat atau mendengarkan sekeping dua keping CD baru yang ada di sana.

Lalu Saya tertarik kepada satu buku yang berjudul ‘The Missing Piece” yang ditulis oleh Shel Silverstein. Ilustrasinya sangat sederhana seperti buku cerita anak-anak. Namun semakin sama membaca isinya saya semakin menduga bahwa buku ini sebetulnya tidak ditujukan bagi anak-anak saja karena ceritanya mengandung pelajaran yang sangat mendalam, khususnya bagi saya.

Ceritanya tentang perjalanan seorang lingkaran yang tidak utuh yang mencari bagian untuk melengkapi dirinya. Dalam perjalanannya itu ia menemui banyak rintangan namun juga menemukan bahan hal indah yang ia nikmati serta teman-teman kecil. Beberapa kali ia berhasil menemukan ‘pieces’ yang dia cari, ada yang pas untuk dirinya, ada yang terlalu besar ada yang pas namun terlalu longgar, ada yang terlalu ketat ia jaga sehingga ujungnya kembali terlepas darinya. Akhirnya ada satu piece yang pas sekali dengannya dan menemaninya cukup lama sehingga membuatnya dapat menggelinding lebih cepat. dan semakin cepat. Terlalu cepat hingga ia tidak sempat lagi untuk berbincang sejenak dengan teman-temannya yang lain seperti kumbang kecil dan kupu-kupu, membuat ia tidak sempat menikmati hal-hal yang lain.

Akhirnya, lingkaran itu melepaskan piece itu dan mencoba untuk nyaman menggelinding sendiri, sampai akhirnya ia bisa nyaman menggelinding sendiri dan motivasinya tidak lagi untuk mencari-cari missing piece-nya. Di sebelah buku ini juga terdapat beberapa buku karya Shel Silverstein yang lain, salah satunya berjudul ‘The Missing Piece Meets The Big O’ yang menceritakan tentang segitiga (piece) yang mencari lingkaran yang dapat dilengkapinya karena ia tidak mampu menggelinding sendiri. Cerita terus berlanjut sampai akhirnya segitiga mampu menggelinding sendiri sehingga bentuknya pun melunak dan semakin melunak hingga berubah bnetuk menjadi lingkaran kecil dan mampu menggelinding sendiri. Buku ini sebetulnya memang merupakan buku pasangan ‘The Missing piece’ , oleh karena itu ilustrasinya juga sama dan memiliki gaya bercerita yang juga sederhana

Saya tertegun.

ilustrasi dan bahasa yg sederhana

Saya tersadar bahwa selama ini motivasi saya pada umumnya salah, oleh karena itu hubungan terdahulu saya juga jadi salah. Seluruhnya selalu tentang dia, dia dan dia. Saya nyaris tidak punya kehidupan lain di luar dia oleh karena itu menjadi semakin penuntut dan manja. Motivasi saya selalu tentang membuat diri saya cocok baginya, saya berusaha mengimbangi dirinya namun dengan cara melupakan kelebihan-kelebihan yang saya miliki, itulah mengapa saya selalu merasa minder dan paranoid dan cemburu. Saya lupa bahwa saya memiliki target-target saya sendiri dan lingkaran kehidupan lain yang masih harus saya urus.

Selama ini saya selalu seperti lingkaran yang merasa tidak utuh kalau tidak ada dia sebagai missing piece saya, dan saya juga seperti si segitiga kecil yang selalu mencari lingkaran untuk saya lengkapi sehingga saya mampu menggelinding. Padahal jika saja saya mau mengubah sudut pandang saya sedikit saja maka saya akan menemukan fakta bahwa saya sebetulnya tidak perlu bergantung untuk dapat ‘menggelinding’ dengan nyaman.

Setelah itu saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Jangan pernah menjadikan orang lain sebagai motivasi utama kita dalam melakukan segala sesuatu. Saya menyadari betul hal itu, segala seuatunya akan menjadi kacau ketika poros hidupmu dan aktivitasmu adalah orang lain, bukan keinginan dirimu sendiri. Ketika kita mulai menyadari apa saja kelebihan yang kita miliki juga apa saja kekurangan yang kita miliki dan kita bisa menerima serta berdamai dengan hal itu, saat itulah kita baru bisa berjalan dengan nyaman tanpa harus bergantung pada orang lain. Di sini pepatah lama seperti cintai dirimu sendiri sebelum mencintai orang lain sangat memegang peranan. Saya mulai betul-betul memahaminya, ketika saya mencintai diri saya sendiri saat itulah saya tahu apa yang mau dan akan saya lakukan pada hidup saya dan orang-orang yang ada di dalamnya. Tujuan saya berputar di sekitar saya, tujuan saya adalah mencapai target saya, BUKAN karena orang lain. Dengan begini keadaan akan lebih terkendali.Semoga di hubungan saya selanjutnya (bukan hanya dengan pacar, namun dengan orang-orang yang lain juga) motivasi saya tidak lagi berporos pada orang lain, sehingga saya pun dapat mengendalikan diri saya sendiri.

ngomong-ngomong,kalau ada yang bertanay-tanya apakah akhirnya saya membeli buku yang tadi saya bicarakan di atas,. Sayangnya, saya tidak jadi membeli bukunya karena harganya di atas Rp.150.000,00 for each, dan saya lagi bnagkrut.

– D! –

5 comments

  1. atrix

    “Jangan pernah menjadikan orang lain sebagai motivasi utama kita dalam melakukan segala sesuatu”

    Yup, damn right, q heran jg doeloe jaman kul, anak2 pada pacaran alasannya “motivasi” belajar, apa mereka gak bs motivasi diri sendiri aja gt yah. alasan koq nyleneh gt .. haha

  2. saskhyaauliaprima

    udah yakin bgt gw ga bakal beli lo..haha buku di ak.sa.ra kan hanya dilihat dan dibaca..lalu DIHAYATI dhe..eh dhe boleh tuh buku baru lo yg serem itu dipinjem haha

  3. fajrin

    gw jadi inget salah satu nasihat lama dari 7habit yang “be proactive not reactive”, kurang lebih intinya sama : untuk membangun motovasi dalam segala tindakan harus berasal dari diri sendiri…lebih jauh lagi jgn sampe kita menjadi reaktif (merespon sesuatu secara berlebihan) walaupun itu untuk alasan motivasi…
    …tapi sayang ya bukunya gak jadi dibeli….

  4. dheasekararum

    makasih semuanya atas tanggapannya..

    @atrix
    alasan sebagai ‘motivasi belajar’ itu lumayan efektif loh sebetulnya *berdasarkan pengalaman pribadi haha* tapi yah mestinya harus inget lah awal mereka masuk kuliah itu kan sendiri, bukan bareng dan bukan karena pacarnya atau karena ada atau tidaknya pacar :)

    @Saski
    iya neng, emang mesti diniatin nabung dulu gitu baru bisa beli buku-buku disitu HAHA norak banget deh. hayuklah buku saya dipinjem, udah selesai bacanya tuh gue

    @Disa
    thanks awardnya dis!

    @Fajrin
    iyap betul, menjadi proaktif itu cenderung lebih baik karena dengan begitu kita punya kemauan dari dalam untuk melakukan sesuatu dan bukan melakukan sesuatu ‘hanya’ untuk merespon tindakan orang lain. :)

    – D! –

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s