Tidak ada orang yang bisa melakukan semua hal
Di suatu siang yang cukup terik, terdapatlah tiga orang laki-laki dewasa muda dan satu orang perempuan remaja akhir (19 tahun itu masih remaja deh kalo nggak salah menurut Papalia) yang sedang tidak tahu mau melakukan apa-apa karena memang tidak ada kuliah lagi dan tidak ada kewajiban untuk diselesaikan. 3 orang laki-laki dewasa muda ini mengaku sedang merasa suntuk dan kesal tanpa alasan yang jelas.
3 orang ini adalah Rama, Haryo, dan Khresna (bukan nama sebenarnya). Rama merasa ingin minum supaya mabok dan menghilangkan semua perasaan, Haryo merasa ingin sekali berantem dan nonjok orang padahal lagi nggak ada apa-apa yang membuat dia kesal, Khresna sedang merasa kesal karena suatu kejadian semalam tapi dia tidak mau menceritakan kejadian apa itu. Jadi, semua alasannya tidak jelas, kecuali si satu orang perempuan remaja akhir yang kebetulan bernama Ning (juga bukan nama sebenarnya). Siang ini ia merasa mood-nya baik-baik saja dan tidak ada yang mengganggu hatinya.
Selanjutnya Khresna mengambil gitar dan mulai menggenjreng-genjrengkannya tanpa juntrungan. Lagu yang dimainkan sepotong-sepotong, di antaranya lagu Moldy Peaches yang berjudul ‘Anyone Else But You’. Setelah beberapa lagu yang tidak jelas dan suara-suara para laki-laki yang sungguh tidak layak didengar itu membahana ke seluruh akademos akhirnya keempat orang itu memindahkan posisi mereka ke kantin lama karena takut membuat maba 2008 sakit perut. Di kanlam adegan sendu kembali berlanjut, namun Rama dan Haryo merasa bosan lalu mencari aktivitas lain. Tinggallah Ning dan Khresna yang masih berusaha menyamakan irama dan nada dari lagu-lagu yang mereka nyanyikan.
Akhirnya, Khresna mengusulkan untuk membuat lagu. Percayalah, jangan membayangkan lagu ini adalah sebuah lagu yang indah mengalun dan diaransemen dengan seksama. Lagu ini semata-mata hanyalah lagu ‘Anyone Else But You’ yang diganti liriknya. Gosipnya, lagu ini suatu hari akan dipasarkan demi membuat nama mereka berdua sedikit lebih tenar. Saat itu Ning, si remaja akhir yang berusia 19 tahun itu menyadari sesuatu! Khresna yang selama ini merupakan seorang sosok yang diidam-idamkan oleh banyak wanita karena konon mukanya yang ganteng dan kemampuan menulis, kepintarannya, serta yang lain-lainnya (penulis tidak tahu lagi apa yang bikin orang-orang pada suka sama si Khresna) itu ternyata memiliki suara yang *********. Percayalah, bukan jenis suara yang bisa dinikmati sambil minum teh di sore yang indah.
Setelah itu berjam-jam berlalu dan Ning telah pergi ke tempat lain untuk beberapa saat. Ketika dia kembali, fenomena apa yang ia lihat? Khresna sedang kursus kilat menyanyi dengan seseorang yang menyebut dirinya Longor Siha (dia adalah salah seorang mahasiswa di kampus yang sama dengan 4 orang tokoh cerita ini, hanya saja ia ‘jauh lebih senior’). Khresna diajarkan cara mengikuti nada per nada dari dentingan gitar yang dimainkan oleh Longor Siha. Bila tidak berhasil maka Khresna harus mengulanginya berulang kali, sungguh pemandangan yang asik.
Ning tertegun dan ia berpikir, “Wah, untuk orang seperti Khresna yang terlihat sangat oke punya ternyata juga memiliki hal yang tidak dapat ia lakukan dan ia tidak malu karenanya!”. Demikianlah, Ning mendapatkan pelajaran yang cukup menggugah hatinya. Setiap orang pasti memiliki hal-hal yang tidak bisa ia lakukan dan tidak perlu merasa malu karenanya. Hal yang paling penting adalah bagaimana orang tersebut mau mengakuinya dan mau belajar untuk terus memperbaiki dirinya. Walaupun pada akhirnya suara Khresna pun tidak bisa mencapai apa yang bisa disebut sebagai enak, namun setidaknya ia berusaha.
Demikianlah, penulis menyudahi kisah singkat ini. Semoga pembaca mendapat pesan sederhana yang terselip di dalamnya. hehe