Panggung Sandiwara

Postingan ini berkaitan erat dengan posting-an sebelumnya tentang social networking sites juga

Suatu hari sempat ada pembicaraan singkat antara saya dan teman saya Ijah mengenai rasa sirik terhadap kebahagiaan orang lain (maksudnya lagi gosip dan nyerempet ke curhat).

Waktu itu kebetulan mood lagi nggak karuan rasanya, bawaannya lagi sirik berat sama orang yang kelihatannya kehidupannya bahagia dan nggak pernah susah. Padahal waktu itu kalau ditilik lebih dekat lagi saya juga menyimpulkan dengan semena-mena bahwa orang yang dimaksud tersebut berbahagia hanya dari status-statusnya yang ada di twitter, dan sepenglihatan sehari-hari aja tanpa kenal lebih dekat dengan (beberapa) orang tersebut.

Sangat sederhana, tapi bisa meracuni pikiran saya.

Kalau mau dilihat-lihat, apa sih sebenarnya yang orang (termasuk saya) tulis di status Twitter atau Plurk atau status-status situs microblogging yang lain (atau status YM juga boleh deh)? Hal yang banyak dituliskan antara lain seputar kegiatan sehari-hari, seperti “hari ini nggak ada kerjaan nih

lokasi dan kegiatan saat itu  “lagi makan sour sally sama besties :)”

mood hari itu “grr gue lagi pengen makan orang!”

curhat-curhat colongan yang seolah-olah mengutip lirik lagu atau dialog film tertentu

curhat terang-terangan

barang yang baru mereka beli “just got a new iPod Touch for only  (seharga berapa gitu)”

Lalu apakah status-status tersebut bisa benar-benar merepresentasikan siapa yang sebenarnya? Menurut saya tidak. Setidaknya tidak tepat, demikian pula menurut Ijah.

Apa yang kita bagi di situs microblogging merupakan sebagian dari diri dan kehidupan kita yang memang sengaja kita pilih untuk kita bagi kepada semua orang, yang berarti dilakukan dengan kesadaran penuh. Menurut saya, ini ‘hanya’ masalah manajemen kesan. Kita bisa membentuk kesan seperti apa yang kita tampilkan di hadapan orang lain berdasarkan apa yang kita tuliskan dalam situs-situs tersebut. Oleh karena itu sangat penting untuk memperhatikan kata-kata apa saja yang kita tuliskan dalam situs-situs tersebut.

Misalnya aja, kalau mau dianggap pintar dan cerdas nah boleh tuh mencantumkan kutipan-kutipan atau link-link soal berita terbaru atau informasi ilmiah terbaru. Kalau mau dianggap gaul dan punya banyak teman ya boleh lah mencantumkan kegiatan sehari-hari, tempat yang dikunjungi hari -perhari, dan dengan siapa perginya. Kalau mau dianggap bijak boleh tuh masukin kutipan-kutipan dari Confucius, misalnya. Kalau mau dianggap hightech boleh banget masukin link-link informasi seputar produksi gadget terbaru. Ya pokoknya kita bisa menciptakan sendiri kesan yang ingin kita tampilkan di hadapan orang lain.

Berhubung sebelumnya saya udah bilang kalo update status yang kita pilih untuk tampilkan itu dilakukan dengan kesadaran penuh, berarti kita juga harus lihat-lihat lagi nih apa aja yang udah kita tulis di status tersebut (waspadalah, waspadalah!) karena pepatah lama mulutmu harimau-mu sungguh sangat berlaku hukumnya dalam hal ini (atau dalam hal ini bisa disebut update statusmu harimau-mu? aneh bener kedengerannya).

Misalnya nih, kalau nggak mau dianggep suka pamer dan ingin terlihat tajir, sesekali kurangilah update status tentang barang-barang yang kita miliki dan yang baru kita dapatkan. Juga kurangilah menuliskan tentang nominal uang ataupun IPK yang kita miliki (emang ada yang nulis beginian di status ya?). Kalau nggak mau kelihatan jadi orang yang menye-menye ya tolonglah dikurangi update status tentang betapa remuk redamnya hatimu akibat cintamu ditolak atau digantungin. Kalau nggak mau keliatan nggak ada kerjaan karena nggak punya temen yang bisa ngajak bepergian coba dikurangi kegiatan update status setiap 5 menit sekali, atau justru update lah status 5 menit sekali dengan status-status serupa dengan “sekarang lagi di Sency sama besties, sebentar lagi pindah ke GrandIndo buat bukapuasa sama temen SMA” dengan nama tempat yang berbeda-beda setiap kali update.

Kadang (atau justru seringkali?) yang membuat bingung adalah orang yang  ingin dianggap memiliki tampilan kesan tertentu malah terjebak untuk melakukan hal-hal yang justru membuat mereka tampak memiliki tampilan kesan yang sebaliknya dari kesan yang ingin ditunjukkan. Contohnya? Ya temen-temen juga bisa menemukannya kok kalo mau lebih jeli sedikit menelisik.

Seperti kata grup band lawas papan atas God Bless, “Dunia ini panggung sandiwara” teman.  Sandiwara tersebut semakin dimudahkan dengan adanya berbagai media yang memungkinkan kita untuk melakukan yang saya bilang sebagai manajemen kesan itu tadi, sehingga kita nggak perlu ribet menunjukkan secara langsung kesan yang ingin kita tampilkan. Cukup dengan  mengetik di keyboard laptop ataupun keypad Blackberry anda, dan voila! Anda bisa jadi (nyaris) semua tipe orang dengan berbagai kepribadian yang anda mau.

ini kostum dan topengku untuk hari ini, kamu pakai yang mana hari ini?

ini kostum dan topengku untuk hari ini, kamu pakai yang mana hari ini?

Begitu mudahnya sehingga kadang kita lupa bahwa setiap drama, sependek apapun, sesederhana drama TK apapun tetap aja butuh plot cerita dan skenario yang bagus. Berarti, tergantung bagaimana kita membuat drama itu sendiri dan menampilkan diri kita yang seperti apa. Peran apa yang ingin kita mainkan serta kostum dan topeng seperti apa yang kita butuhkan. Tidak terlalu sedikit monolog di dalamnya, sampai kita tidak menunjukkan seperti apa diri kita, namun juga tidak terlalu banyak monolog di dalamnya sampai para penonton terlalu bosan menyaksikannya. Akhir-akhir ini film dengan genre action yang menggunakan efek khusus yang berlebihan tapi ceritanya minim makna juga bisa kurang digemari kok.

Dalam drama besar yang biasa kita sebut dengan kehidupan ini, para pelakon juga sekaligus para penonton. Bagi para penonton juga dianjurkan menjadi penonton yang cerdas dan bijak dalam menyikapi setiap suguhan yang ditampilkan. Hal ini juga berlaku pada saya. Jangan terus lihat status orang yang cerita tentang tempat-tempat yang dikunjungi atau barang-barang yang dibeli terus jadi sirik luar biasa sampai terganggu aktivitasnya. Atau lihat update status sepasang sejoli yang sedang kasmaran jadi depresi sekaligus frustasi karena hubungannya sendiri dengan pasangan tidak sebaik itu, dan atau-atau lainnya.

Sekali lagi, status updates hanyalah sebagian kecil dari hidup orang tersebut yang dia pilih untuk ditampilkan ke khalayak ramai dimana kita nggak tahu menahu sama sekali skenarionya seperti apa dan proses latihannya seperti apa. Siapa tahu si anak yang selalu menuliskan mal tempat bergaul dan semua barang mahal yang ada di dalamnya itu sebetulnya rumahnya emang deket situ jadi ya mau nggak mau mainnya emang ke mal yang itu-itu aja, meskipun mal-nya terkesan perlente. Belum lagi si update status si pasangan sejoli yang selalu tampak mesra berasik masyuk ini, kita nggak tahu kan ketika mereka berantem seperti apa? Kita nggak tahu bahwa mereka memiliki permasalahan yang bikin si cewek nangis-nangis atau si cowok sampai males main bola sama temannya (lebay banget ini cowok)?

Jadi, santai saja.

Lihat lebih dekat.

Semua ada porsinya masing-masing.

Bagi para pelakon yang sekaligus juga penonton, mari kita buat pertunjukkan yang bagus sambil sesekali menikmati suguhan yang ada sambil makan popcorn  :)

Ciao!

– D! –

3 comments

  1. and.i.try

    numpang nyemplung di blognya. ciamik tenan, kayaknya besok-besok saya lebih sering mampir ke sini. btw demam twitter memang lagi melanda ya kayaknya :) nice writings you got here :)

  2. dheasekararum

    wah terimakasih lho atas komennya. Hehehe sebenernya itu juga saya cuma ngeliat ke sekitar saya aja kok. kalau boleh mungkin bisa saling bertukar link mungkin? terimakasih :)

    – D! –

  3. Pingback: Mengolah ~emo tweet agar enak dibaca. « my ups and downs

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s