Nasionalisme Yang Sederhana

Beberapa minggu terakhir ini ada dua hari kebangsaan yang datang berdekatan, pertama, hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei, yang kemudian disusul oleh Hari Kelahiran Pancasila, yang jatuh pada tanggal 1 Juni. Seiring dengan adanya dua hari ini, (seolah) mendadak media-media jejaring sosial penuh dengan seruan mengenai nasionalisme. Masing-masing mengobarkan semangat nasionalisme, idealisme-idealisme, dan menggelar demonstrasi-demonstrasi dimana-mana. Sebuah fenomena yang tampak tidak asing, dan selalu terpola seperti ini. Setiap kali ada sebuah hari kebangsaan yang sedang dirayakan, mendadak hiruk pikuk menyoal nasionalisme.

 

Saya sendiri merasa seruan-seruan semangat nasionalisme tersebut pada dasarnya bertujuan positif dan cukup memotivasi. Namun entah mengapa ada saja beberapa pihak yang menjadikan ini sebagai kesempatan memamerkan idealisme mereka untuk kemudian menghakimi orang lain. Contoh yang mungkin familiar bagi teman-teman di antaranya mungkin adalah anggapan bahwa seseorang yang meninggalkan Indonesia untuk menetap dan bekerja di luar negeri berarti tidak nasionalis. Lalu ada juga anggapan yang menilai bahwa orang yang bekerja untuk perusahaan milik asing adalah orang-orang yang tidak nasionalis.

 

Namun, benarkah begitu?

 

Harus saya akui saya dulu termasuk salah satu diantara orang-orang yang menganggap orang yang meninggalkan Indonesia sebagai orang-orang yang tidak nasionalis, dan maaf, seolah tidak tahu terima kasih. Apalagi jika orang-orang tersebut merupakan lulusan universitas negeri yang sangat terbantu biaya kuliahnya oleh anggaran Negara. Dulu saya melihat orang-orang ini adalah mereka yang hanya mementingkan perut sendiri dan tidak peduli terhadap pengembangan bangsa yang sebetulnya telah membesarkan mereka pula. Demikian pula halnya dengan orang-orang yang bekerja di perusahaan milik asing. Saya memandang mereka sebagai orang-orang yang rela menjadi pesuruh Negara asing demi memenuhi kepentingan pribadi, dan tampak tidak acuh terhadap persoalan negeri ini.

 

Tapi itu dulu, sebelum saya mencari tahu dan berbincang dengan beberapa orang. Setelah saya tahu kenyataannya, pandangan saya pun berubah. Lagipula, nasionalisme, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online, adalah :

 

na.si.o.na.lis.me
[n] (1) paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan: — makin menjiwai bangsa Indonesia; (2) kesadaran keanggotaan dl suatu bangsa yg secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan

 

Berdasarkan definisi tersebut, yang saya tangkap adalah nasionalisme berakar dari bagaimana kita memiliki kesadaran untuk mencintai dan menjadi bagian dari suatu bangsa, tentunya bangsa Indonesia. Untuk kemudian mau bersama-sama melakukan sesuatu untuk mempertahankan dan mengembangkan bangsa kita. Jadi sebetulnya ini kembali lagi kepada masing-masing orang mengenai bagaimana kesadarannya sebagai anggota suatu bangsa dan kepeduliannya untuk memajukan bangsanya. Namun tentu tidak setiap orang memiliki cara yang sama untuk mewujudkan hal ini. Demikian pula dengan mereka yang memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan bekerja di perusahaan asing.

 

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa mereka yang memutuskan menetap di luar Indonesia merasa hal tersebut merupakan keputusan yang tepat berhubung di negeri ini mereka sulit menemukan jalan untuk berkembang. Namun kalau dilihat-lihat lagi, ternyata mereka yang tinggal di luar Indonesia pun bukan lalu meninggalkan tanah air dan sepenuhnya tidak peduli dengan nasib bangsanya. Banyak yang justru mendedikasikan diri di pekerjaannya untuk kemudian berkontribusi secara tidak langsung untuk Indonesia. Mereka yang membantu menyalurkan beasiswa untuk siswa-siswa di Indonesia misalnya, mereka yang memperkenalkan dan mengembangkan seni tradisional Indonesia di luar negeri misalnya, mereka yang bekerja untuk membantu kesejahteraan warga Negara Indonesia yang sedang berada di Negara asing tertentu, dan masih banyak lagi.

 

Demikian pula halnya dengan orang-orang yang bekerja sebagai pegawai di perusahaan asing. Mungkin ini juga sebuah cara mereka mewujudkan apa yang kita sebut-sebut sebagai nasionalisme. Tidak bisa disangkal bahwa untuk memajukan suatu bangsa, seorang individu tetap membutuhkan modal, dan mungkin saja bekerja di perusahaan milik asing bias memberikan modal yang sesuai bagi mereka. Entah dalam bentuk apapun itu. Mungkin mereka bisa menabung untuk sekolah lagi, atau bisa jadi justru disekolahkan ke luar negeri. Dengan demikian mereka bisa mencuri ilmu sebanyak mungkin di negeri lain, untuk kemudian membaginya kembali dengan sesama bangsa Indonesia yang lain. Siapa yang tahu?

 

Bagi saya, tidak semua orang harus menunjukkan rasa nasionalisme mereka dengan cara-cara seperti melakukan demonstrasi, bersikap patriotik, atau mungkin berbondong-bondong mendaftarkan diri sebagai guru ke program-program mengajar daerah terpencil di Indonesia, atau memberantas buta huruf, atau berkampanye soal pentingnya ASI di kampong-kampung. Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk mewujudkan nasionalisme mereka.

 

Bahkan nasionalisme sebetulnya bisa kita temukan dari laku-laku sederhana yang seringkali justru kita lupakan. Misalnya saja dengan berusaha menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Coba tanyakan pada diri masing-masing, berapa banyak di antara kita yang lebih memilih untuk menggunakan istilah bahasa asing karena sulit menemukan padanan katanya dalam Bahasa Indonesia? Berapa banyak di antara kita yang tahu bahwa ada beberapa kata yang kemudian tidak lagi digunakan dalam bahasa sehari-hari karena kita tidak pernah tahu bahwa kata itu ada?

 

Masih banyak cara-cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan nasionalisme kita. Dan bukannya nasionalisme yang latah dan sekedar ikut-ikutan. Terkadang justru bisa kita mulai dari hal-hal seperti menggunakan Bahasa Indonesia, menggunakan produk dalam negeri, dan berwisata di dalam negeri, mengetahui sejarah negeri ini, sekadar mengenal lebih dekat negeri kita sendiri. Itu nasionalisme bagi saya, bagaimana dengan kamu?

 

– D! –

 

 

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s