On Relationships
Beberapa minggu terakhir ini saya cukup sering berinteraksi dengan teman-teman lama (atau tidak terlalu lama). Sebagian pernah jadi orang-orang terdekat bagi saya, baik itu sahabat, atau mereka yang sempat merencanakan masa depannya bersama dengan saya, berbagi hidupnya dengan saya. Saya ngobrol-ngobrol dengan mereka, membaca timeline twitternya, mendengarkan musik atau mencuri baca buku rekomendasi mereka dan aktivitas sosial lainnya.
Rasanya menyenangkan bisa saling bertukar kabar dengan beberapa teman. Walau demikian, saya menyadari ada perasaan lain yang terselip di dalam hati saya saat dan setelah saya berinteraksi dengan mereka. Sedikit banyak ada kesan ‘asing’ yang saya tangkap dari mereka. Padahal sebagian besar di antara mereka yang berinteraksi dengan saya bukanlah teman-teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Beberapa diantaranya adalah teman-teman yang berasal dari angkatan yang sama sewaktu S1 dari universitas tempat saya belajar sekarang. Satu diantaranya bahkan pernah menjadi orang terpenting dalam hidup saya, setelah keluarga inti saya.
Sungguh mengherankan memperoleh kesan asing dari orang-orang yang sempat jadi bagian terpenting dalam hidup saya.
Kalau dipikir-pikir saya tidak pandai dalam menjaga hubungan dengan orang lain, sejak dulu sampai sekarang. Segala jenis hubungan. Baik itu persaudaraan, pertemanan, atau hubungan romantis. Nggak tahu kenapa, tapi sepertinya setiap hubungan sosial yang saya miliki sekarang masih terjaga karena adanya usaha lebih dari pihak lain yang terlibat dalam hubungan tersebut, jika bukan karena adanya kesamaan letak geografis, zona waktu, atau kepentingan. Tapi mungkin memang demikian adanya, seiring dengan berjalannya waktu mungkin kita bertumbuh. Dan seiring dengan kita bertumbuh, suka tidak suka kita akan berubah.
Mungkin perasaan asing itu timbul karena mereka berubah, demikian pula saya. Memang tetap orang-orang yang sama, namun sebagian dari kita punya pekerjaan baru, menikah, melanjutkan sekolah, mendengarkan aliran musik yang baru, membaca buku-buku dengan tema yang berbeda, dan lain sebagainya. Mungkin gosip yang sebelumnya kita anggap seru tidak lagi menarik, mungkin sesuatu yang dulunya membuat kita tertawa kemudian tidak lagi lucu, mungkin yang dulu membuat kita begitu patah hati tidak lagi berarti, mungkin semua yang dulu ada kini tidak lagi penting.
Ada pepatah yang bilang, sometimes when we grow up, we outgrew people we love.
Dan perpisahan terjadi secara sederhana saja, karena kita tidak lagi punya tujuan yang sama.
As I think it this way, I learn that human relationships are impressively fragile, but it has never been futile. Thousands of chances lie within every encounter. Every relationship, good or bad, bring its own lessons. And for the brief moment being given, we should be presence, to feel, to appreciate, to experience, and simply to be there.
Thankful for they are priceless.
Before the mighty time takes them away.
– D! –
PS : Pictures were taken from Ramda’s blog post
Tulisannya sangat menyentuh Dea, gw sebagai pembaca bisa ikut merasakan apa yang penulis rasakan.
Terima kasih udah baca Choky :)
Habis anter pacar ke camp IM ya? Semoga perjuangannya bermanfaat yah :D
Awhhhhhhhh…..
buncit, kerjain laporan! >.<
berarti adalah satu kesempatan yang berharga kalo bisa tumbuh bersamaan dgn org yg kita cintai ya ._.
hihi iya. Rare opportunity indeed :)
Perjalan meski tujuannya sama, sering mesti berbisah di tengah jalan :).